Minggu, 07 Juni 2009

Selintas Tentang Sejarah Yahudi (Part 1)

Semua tanah Palestina, khususnya Yerussalem, adalah suci untuk orang-orang Yahudi, Nasrani dan Muslim. Alasannya adalah karena sebagian besar nabi-nabi Alloh yang di utus untuk memperingatkan manusia menghabiskan sebagian atau seluruh kehidupannya di tanah ini.

Menurut studi sejarah yang di dasarkan atas penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, Nabi Ibrahim, putranya, dan sejumlah kecil manusia yang mengikutinya pertama kali pindah ke Palestina, yang di kenal kemudian sebagai Kanaan, pada abad ke 19 SM. Tafsir Al-Qur’an menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim (Abraham) AS, di perkirakan tinggal di daerah Palestina yang di kenal saat ini sebagai Al-Khalil (Hebron), tinggal di sana bersama Nabi Luth (Lot) AS. Al-Qur’an menyebutkan perpindahan ini sebagai berikut:

Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatkanlah bagi Ibrahim, mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (QS. 21: 69-71)

Daerah ini, yang di gambarkan sebagai “tanah yang telah Kami berkati”, di terangkan dalam berbagai keterangan Al-Qur’an yang mengacu kepada tanah Palestina.

Sebelum Ibrahim AS, bangsa Kanaan (Palestina) tadinya adalah penyembah berhala. Ibrahim meyakinkan kepada mereka untuk meninggalkan kekafirannya dan mengakui satu Tuhan. Menurut sumber-sumber sejarah, beliau mendirikan rumah untuk istrinya Hajar dan putranya Ismail (Ishmael) di Mekah dan sekitarnya., sementara istrinya yang lain, Sarah, dan putera keduanya Ishaq (Isaac) tetap di Kanaan. Seperti itu pulalah, Al-Qur’an menyebutkan bahwa nabi Ibrahim mendirikan rumah untuk beberapa puteranya di sekitar Baitul Haram, yang menurut penjelasan Al-Qur’an bertempat di lembah Mekah.

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitulloh) yang di hormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. 14: 37)

Akan tetapi, putera Ishaq, Ya’kub (Jacob) pindah ke Mesir selama puteranya Yusuf (Joseph) di beri tugas kenegaraan. (Putera-putera Ya’kub juga di kenang sebagai “Bani Israil”). Setelah di bebaskannya Yusuf dari penjara dan penunjukan dirinya sebagai kepala bendahara Mesir, Bani Israil hidup dengan damai dan aman di Mesir.

Suatu kali, keadaan mereka berubah setelah berlalu waktu, dan Firaun memperlakukan mereka dengan kekejaman yang dahsyat. Alloh menjadikan Musa (Moses) nabinya selama masa itu dan memerintahkannya untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Ia pergi ke Firaun, memintanya untuk meninggalkan keyakinan kafirnya dan menyerahkan diri kepada Alloh, dan membebaskan Bani Israil yang di sebut juga orang-orang Israel. Namun Firaun seorang tiran yang kejam dan bengis. Ia memperbudak Bani Israil, memperkerjakan mereka hingga hampir mati, dan kemudian memerintahkan di bunuhnya anak-anak lelaki. Meneruskan kekejamannya, ia memberi tanggapan penuh kebencian kepada Musa. Untuk mencegah pengikutnya-pengikutnya, yang sebenarnya adalah tukang-tukang sihirnya dan mempercayai Musa, ia mengancam memenggal tangan dan kakinya secara bersilangan.

Meskipun Firaun menolak permintaannya, Musa AS dan kaumnya meninggalkan Mesir, dengan pertolongan mukjizat Alloh, sekitar tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan Timur Kanaan. Dalam Al-Qur’an, Musa memerintahkan Bani Israil untuk memasuki Kanaan.

“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah di tentukan Alloh bagimu, dan kanganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. (QS. 5: 21)

Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina). Menurut ahli sejarah, nabi Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan puteranya Nabi Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel di perluas dari Sungai Nil di selatan hingga utara Sungai Eufrat di Negara Syiria sekarang. Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Nabi Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa. Setelah wafatnya, Alloh mengutus banyak lagi nabi kepada Bani Israil meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan dan merela mengkhianati Alloh.

“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah, lalu Alloh menurunkan ketenangan kepada Rosul-Nya dan kepada orang-orang mukmin dan Alloh mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat taqwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 48: 26)

Karena kemerosotan akhlaknya, kerajaan Israel mulai memudar dan di tempati oleh berbagai orang-orang penyembah berhala, dan bangsa Israel, yang juga di kenal sebagai Yahudi pada saat itu, di perbudak kembali. Ketika Palestina di kuasai oleh Kerajaan Romawi, Nabi Isa (Jesus) AS datang dan sekali lagi mengajak Bani Israil untuk meninggalkan kesombongannya, takhayulnya, dan pengkhianatannya, dan hidup menurut agama Alloh. Sangat sedikit orang Yahudi yang meyakininya: sebagian besar Bani Israil mengingkarinya. Dan seperti yang di sebutkan di dalam Al-Qur’an, mereka itu yang: “telah di laknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Mariyam. Yang demikian itu, di sebabkan mereka durhaka dan selalau melampaui batas.” (QS. 5: 78) Setelah berlalunya waktu, Alloh nmempertemukan orang-orang Yahudi dengan bangsa Romawi, yang mengusir mereka semua keluar dari Palestina.

Pendapat dasar Zionis Israel bahwa “Palestina adalah tanah Alloh yang di janjikan untuk orang-orang Yahudi” tidaklah benar. Zionisme menerjamahkan pandangan tentang “orang-orang terpilih” dan memiliki “tanah terjanji”. Padahal, ras tidak ada nilainya dalam pandangan Alloh, karena yang penting adalah ketaqwaan dan keimanan seseorang. Dalam pandangan Alloh, orang-orang terpilih adalah yang tetap mengikuti agama Ibrahim, tanpa memandang rasnya.

Al-Qur’an juga menekankan kenyataan ini. Alloh menyatakan bahwa warisan Ibrahim bukanlah orang-orang Yahudi yang bangga sebagai “anak-anak Ibrahim”, melainkan orang-orang Islam yang hidup menurut agama ini.

“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Alloh adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (QS. 3: 68)

Wallohu’allam bishshowab…

-Dari berbagai sumber-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar